BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manajemen adalah proses perencanaan (planing), pengorganisasian
(organizing), penataan staf (stafing), memimpin (leading), memberikan motivasi
(motivating). Kegiatan ini secara tidak sadar telah kita lakukan dan bahkan
sering kita lakukan, hanya saja kita belum menetahui konsep menejemen ini. Coba
kita bayangkan, ketika kita hendak menyelenggarakann sesuatu, lalu apa yang
kita lakukan?, sudah pasti kita melakukan perencanaan (planing),
pengorganisasian (organizing), penataan staf (stafing), memimpin (leading),
membarikan motivasi (motivating) walaupun kita tidak sadar. Maka dari itu
pratek manajemen itu scopnya sangat luas dan ilmu manajemen sangatlah penting
bagi instasi atau organisai agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Maka dari itu kami akan menyusun materi tentang manajemen yang
meliputi: penertian manajemen pendidikan islam, konsep dasar manajemen
pendidikan islam, fungsi dan tujuan manajemen pendidikan islam dan urgensi
manajemen pendidikan islam. Dengan harapan bagi pembaca makalah ini dan
khususunya para Mahasiswa STAIDA dapat menguasai ilmu manajemen pendidikan
ilsam serta dapat mengaplikasikan pada lingkunganya.
B.
Rumusan masalah
1.
Apakah pengertian manajemen pendidikan islam?
2.
Bagaimanakah konsep dasar manajemen pendidikan isalam?
3.
Apakah fungsi dan tujuan manajemen pendidikan islam?
4.
Bagaimanakah urgensi manajemen pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
Dalam kamus ilmiah
management diartikan dengan arti pengelolaan.[1]
Secara etimologi, “manajemen” berasal dari kata to manage
yang berarti mengatur.sedangkan secara terminologi, ada beberapa
definisi tentang manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
1.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber sumber lainya secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu (hasibuan)
2.
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
yang digunakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainya.”(gr terry)
3.
Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui
kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas
sejumlah aktifitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penempatan, pengarahan,dan pengendalian.”(harald koont dan o’donnei)
4.
Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktifitas-aktifitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan tujuan untuk mengorganisasikan berbagai sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien.”(andrew f. Sikuta)
Kendatipun definisi manajemen belum
disepakati secara universal, namun terdapat kesamaan bahwa manajemen menyangkut
derajat keterampilan tertentu. Untuk memahami istilah manajemen, pendekatan
yang digunakan disini adalah berdasarkan pengalaman manajer. Manajemen disini
dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponenya menamoilkan sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan. Manajemen merupakan suatu proses sedangkan manajer
dikaitkan dengan aspek organisasi (orang-struktu-tugas-teknologi) dan bagaimana
mengaitkan aspek satu dengan aspek yang lain, serta bagaimana mengaturnya
sehingga tercapai tujuan sistem. Dengan demikian, manajemen adalah meliputi; 1)
adanya suatu proses, 2) adanya tujuan yang hendak dicapai, 3)proses melalui
pelaksanaan pencapaian tujuan dan 4) tujuan dicapai melalui orang lain.
Dari definisi-definisi diatas dapat
disimpulkan, bahwa manajemen dapat berjalan dengan baik apabila: (a) mempunyai
tujuan yang ingin dicapai, (b)perpaduan antara ilmu dan seni, (c) proses yang
sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi, (d) dapat diterapkan
jika ada dua atau lebih melakukan kerja sama dalam satu organisasi, (e)
didasarkan pada pembagian kerja, tugas, dan tanggungjawab, (f) terdiri dari
beberapa fungsi ( planing, organizing, motivating, actuating, fasilitating,
empowering, controling, dan evaluation), (g) merupakan alat untuk mencapai
tujuan.[2] Dengan
menjadikan islam sebagai landasan dan pemandu dalam praktik operasionalnya
untuk mencapai tujuan organisasi (pendidikan islam) dalam berbagai jenis dan
bentuknya yang intinya berusaha untuk membantu seseorang atau sekelompok siswa
dalam menanamkan ajaran dan atau menumbuhkankembangkan nilai-nilai isalm.[3]
MANAJEMEN SEBAGAI ILMU
Pada mulanya manajemen belum dapat
dikatakan sebagai teori, karena teori harus terdiri dari konsep-konsep yang
secara sistematis dapat menjelaskan dan meramalkan apa yang akan terjadi dan
membuktikan ramalan itu berdasarkan penelitian. Setelah dipelajari selama
beberapa zaman, manajemen telah memenuhi persyaratan sebagai bidang pengetahuan
yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang-orang
bekerjasama.menurut luther gulick dalam nanang fattah (1996 :2) manajemen
memenuhi syarat sebagi ilmu pengetahuan karena memiliki serangkaian teori,
meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjektif. Selanjutnya bahwa
perjalanan suatu ilmu, teori-teori manajemen yang ada diuji dengan pengalaman.
Evolusi konsep, ide, pemikiran tentang
manajemen bermula pada tahun 5.000 SM di mesir. Pada masa itu, orang
menggunakan cacatan tertulis untuk perdagangan dan pemerintahan. Pada tahun 300
SM -300 masehi masyarakat roma memanfaatkan komunikasi efektif dan pengendalian
terpusat untuk efektifitas dan efisiensi. Tahun 1500 M machiavelli membuat
pedoman pemanfaatan kekuasaan. Tahun 1776 M adam smith menyatakan bahwa
pembagian kerja titik kunci badan usaha. Kemudian 1841-1925 M henry fayol
mengemukakan pentingnya administrasi. Menurut gulick manajemen menjadi suatu
ilmu, jika teori-teorinya mampu menuntun manajer dengan memberi kejelasan bahwa
apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu dan memungkinkan mereka
meramalkan akibat-akibat dari tindakan-tindakanya.
MANAJEMEN SEBAGAI KIAT ATAU SENI
Manajemen sebagai seni untuk melaksanakan
pekerjaan melalui orang-orang. (the art of getting things done through
people). Definisi ini perlu mendapat perhatian karena berdasarkan
kenyataan, manajemen mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang
lain. Hal senada juga diungkapkan henri M. Botinger, manajemen sebagai suatu
seni membutuhkan tiga unsur, yaitu:pandangan, pengetahuan teknis, dan
komunikasi. Ketiga unsur tersebut terkandung dalam manajemen. Oleh karena itu,
keterampilan perlu dikembangkan melalui pelatihan manajemen, seperti halnya
melatih seniman. Pada masa yang akan datang ada kemungkinan bidang manajemen
akan lebih banyak menyerupai seni dari pada ilmu. Semakin banyak belajar
tentang manajemen, dalam banyak hal dapat memperoleh informasi tentang seperangkat
tindakan. Demikian pula dalam hal hubungan antar manusia, struktur sosial, dan
organisasi menurut seorang manajer memahami ilmu perilaku yang mendasari
manajemen. Akan tetapi, sebelum pengetahuan tersebut dikuasai, manajer harus
bergantung pada intuisinya sendiri (karena informasi tidak memadai) dan
melakukan penilaian sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan banyak aspek
manajemen yang telah menjadi ilmiah, tetapi masih banyak unsur-unsur manajemen
yang tetap merupakan kiat tersendiri seorang manajer.
MANAJEMEN SEBAGAI PROFESI
Profesi adalah suatu pekerjaan yang
menuntut persyaratan tertentu. Persyaratan suatu profesi menghendaki berbagai
kompetensi sebagai dasar keahlian khusus, diakui dan dihargai oleh masyarakat
dan pemerintah, dan memiliki kode etik.
Demikian halnya dengan manajemen sebagai
suatu profesi dituntut persyaratan tertentu. Seorang profesional menurut robert
L. Katz dalam nanang fattah, harus mempunyai kompetensi: konseptual, sosial
(hubungan manusiawi), dan technical. Kemampuan konsep adalah kemampuan
mempersepsikan organisasi sebagai suatu sistem, memahami perubahan pada setiap
bagian berpengaruh pada setiap organisasi. Kemampuan mengkoordinasikan semua
kegiatan dan kepentingan organisasi. Kemampuan ini diperlukan agar manajer
mampu bekerja sama dan memimpin kelompoknya dengan memahami anggota sebagai
individu dan kelompok. Sedangkan kemampuan teknik dan kemampuan menggunakan
alat, prosedur dan teknik bidang khusus, misalnya teknik penyusunan program
anggaran.
Seorang manajer profesional dibutuhkan oleh
masyarakat/konsumen dan pemerintah dan prestasinya, sehingga atas dasar
prestasi itu ia dibayar eksistensinya. Demikian pula manajemen profesional
memerlukan kode etik untuk ditaati. Kode etik itu dimaksudkan untuk melindungi
masyarakat yang dilayani(klien), dan melindungi anggota atas perlakuan dari
luar yang merugikan/mengganggu.[4]
B. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam
Menurut srode dan
voich (1986), bahwa kerangka dasar manajemen meliputi: philoshopy, asumtions,
principles, and theory, which are basic to the study of nay discipline of
management. Secara sederhana dikatakan bahwa falsafah merupakan pandangan atau
persepsi tentang kebenaran yang dikembangkan dari berfikir praktis.bagi seorang
manajer falsafah merupakan cara berfikir yang telah terkondisikan dengan
lingkungan, perangkat organisasi, nilai-nilai dan keyakinan yang mendasari
tanggung jawab seorang manajer. Falsafah seorang manajer dijadikan dasar untuk
membuat asumsi-asumsi tentang lingkungan, peran organisasinya, dan dari
asumsi-asumsi ini lahir prinsip-prinsip yang dihubungkan dengan kerangka atau
garis besar untuk bertindak. Seperangkat prinsip yang berkaitan satu sama lain
dikembangkan dan diuji dengan pengalaman sebelumnya menjadi suatu teori. Untuk
seoraang manajer, suatu teori tentang manajemen sangat berfungsi dalam
memecahkan masalah-masalah yang timbul.
Oleh karena itu, falsafah, asumsi, prisip-prinsip, dan teori
tentang manajemen merupakan manajerial yang harus dipahami dan dihayati oleh
manajer.
ESENSI
FALSAFAH MANAJEMEN
Setiap
pengetahuan, termasuk pengetahuan manajemen mempunyai ciri-ciri yang spesifik
mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan manajemen tersebut disusun. Ketiganya merupakan suatu sistem yang
sangat berkaitan. Didalam pengetahuan manajemen, falsafah pada hakikatnya
menyediakan seperangkat pengetahuan (a body of related knowledge) untuk
berfikir efektif dalam memecahkan masalah-masalah manajemen. Ini merupakan
hakekat manajemen sebagai suatu disiplin ilmu dalam memecahkan organisasi
berdasarkan pendekatan yang intelegen.
ESENSI
TEORI MANAJEMEN
Teori manajemen
mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan prilaku organisasi yang
berkaitan dengan motivasi,
Produktifitas, dan kepuasan. Karakteristik teori manajemen secara garis
besar dapat dinyatakan: 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2) adanya
keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui kemungkinan adanya
penolakan.
Didalam proses
manajemen digambarkan fungsi-fungsi manajemen secara umum yang ditampilkan
kedalam perangkat organisasi dan mulai dikenal sebagai teori klasik. Menurut
teori klasik pilar-pilar manajemen klasik terdiri dari 4 pilar, yaitu:
pembagian kerja, proses skala fungsi-fungsi, struktur, dan tentang pengawasan.
ESENSI
PRINSIP MANAJEMEN
Pentingnya
prinsip-prinsip dasar dalam praktek manajemen antara lain: 1) menentukan cara/
metode kerja; 2) pemilihan kerja dan pengembangan keahlian; 3) pemilihan
prosedur kerja; 4) menentukan batas-batas tugas; 5) mempersiapkan dan membuat
spesifikasi tugas; 6) melakukan pendidikan dan latihan; 7) menentukan sistem
dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas,
efisiensi dan produktifitas kerja.
Menurut fayol, ada
sejumlah prinsip dalam manajemen, yaitu ; pembagian kerja, kejelasan dalam
wewenang dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih
memprioritaskan kepentingan umum/organisasi dari pada kepentingan pribadi,
pemberian kontra prestasi, sentralisasi, rantai saklar, tertib, pemerataan,
stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan semangat kelompok.
Keempat belas
prinsip dasar tersebut dijadikan patokan dalam manajemen yang berorientasi
kepada sasaran (management by objectives- MBO), manajemen berorientasi kepada
orang (management by people / MBP), manajemen yang berorientasi kepada struktur
(management by technique/ MBT), dan manajemen yang berdasarkan kepada informasi
(management by information/ MBI) atas management information system (MIS).[5]
C. Fungsi Atau Tujuan Manajemen Pendidikan Islam
Dalam proses
manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan seorang
manajer/pempinan, yaitu: perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing),
penataan staf (stafing), memimpin (leading), membarikan motivasi (motivating),
memberikan pengarahan (actuating), memfasilitasi (fasilitating), memberdayakan
staff (empowering), dan pengawasan (controling). Oleh karena itu, manajemen
diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan
upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara
efektif dan efisien.
Fungsi perencanaan
antara lain menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tertentu. Penetapan tujuan ini dengan mengacu kepada visi dan
misi yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu juga dengan mengkaji
kekuatan dan kelemaha organisasi, menentukan kesempatan dan kelemahan (SWOT
analysis), menentukan keinginan dan kebutuha organisasi (needs assesment),
memperhatikan kebutuhan para pengguna (stake holder analysis), memperhatikan
issu-issu yang strategis (issue strategic analysis), dan menentukan strategi,
kebijakan, taktik dan program (planing strategic). Semua ini dilakukan
berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.
Fungsi
pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi
berupa tugas-tugas yang dibagi kedalam fungsi garis, staf, dan fungsional.
Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan struturnya dapat
horizontal dan vertikal. Pengorganisasian ini untuk memperlancar alokasi sumber
daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana.
Fungsi motivating
sangat penting dalam menjalankan roda organisasi. Motivasi merupakan dorongan
untuk membuat, untuk menjalan program dan untuk bangkit dari keterpurukan.
Motivasi yang kuat dalam menjalankan suatu program merupakan modal dalam
mencapai keberhasilan suatu program.
Fungsi pengarahan
meliputi pemberian pengarahan kepada staff. Sebuah program yang sudah masuk
dalam perencanaan tidak dibiarkan begitu saja berjalan tanpa arah tetapi perlu
pengarahan agar dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan dapat mencapai
hasil sesuai dengan target yang ditetapkan.
Fungsi
facilitating meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas, yakni memberi
kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang. Ide-ide dari bawahan
diakomodir dan kalau memungkinkan dikembangkan dan diberi ruang untuk dapat
dilaksanakan.
Fungsi empowering
meliputi pemberdayaan sumber daya manusia yang dimiliki oleh lembaga. Potensi
SDM yang ada harus selalu di optimalkan fungsinya agar bermanfaat bagi
pengembangan program organisasi. Fungsi empowering ini memandang bahwa semua
staff pada dasarnya memiliki kemampuan sesuai dengan bidangnya, apabila diberi
kesempatan untuk berkembang.
Fungsi memimpin
menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan,
bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan
suasana yang menyenangkan untuk bekerjasama.
Fungsi pengawasan
meliputi penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan/pelaksanaan
terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai.
Pengawasan dilakukan seiring dengan proses, sejak awal sampai akhir. Oleh
karena itu pengawasan juga meliputi monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini sangat erat kaitanya dengan perencanaan,
karena melalui pengawasan efektifitas manajemen dapat diukur[6].
D. Urgensi Studi Tentang Manajemen Pendidikan Islam
Studi tentang manajemen pendidikan islam menjadi sangat urgent
ketika melihat realitas lembaga-lenmbaga pendidikan islam dihadapkan dengan
tantangan yang berkembang di masyarakat. Menurut bebebrapa pengamat, sebagian
besar lembaga pendidikan islam masih menghadapi problem internal kelembagaan
sementara tantangan yang dihadapi meskipun berat. Keadaan demikian menuntut
kajian yang mendalam yang terkait dengan proses manajerial dan pengelolaan
lembaga agar dapat mengatasi problem internal dan dapat merespon perkembangan
yang terjadi.
Kondisi internal kelembagaan dan tantangan yang dihadapi oleh
lembaga-lembaga pendidikan islam yang menjadikan studi tentang manajemen
pendidikan islam menjadi penting dan urgent akan diuraikan sebagai berikut:
a.
Problem internal kelembagaan
Sebenarnya jika
dilihat dari potensiynag ada lembag-lembaga pendidikan islam memiliki kekuatan
yang sangan besar, tetapi para pengelola lembaga belum bisa memanfaatkan
sumber-sumber kekuatan tersebut secara maksimal hal itu didasari karena belum
brjalannya fungsi-fungsi manajerial dengan baik.jika diindentifikasi kekuatan
dan potensi tersebut antara lain: pertama, pendidikan islam memiliki akar
budaya yang kuat, pendidikan islam lahir dan berkembang dalam masyarakat dan
sudah menjadi milik masyarakat, baik pendidik dalam bentuk pesantren maupun
madarasah. Kedua,potensi mayoritas penduduk bangsa indonesia adalah kalangan
muslim yang mempunyai ikatan emosional dengan simbol-simbol keagamaan. Ketiga,
secara politis pendidikan islam memiliki peluang besar karena birokrat dan elit
politik sebagaian besar adalah santri yang memiliki sense dan kepedulian
terhadap pendidikan islam.
b.
Tantangan dan peluang lembaga pendidikan islam
Jika dari
kencenderungan atu gejala sosial baru yang terjadi dimasyarakat akhir-akhir ini
yang berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang model pendidikan yang
mereka harapkan, maka sebenarnya lembaga pendidikan islam memiliki pontensi
peluang besar untuk menjadi alternatif pendidikan masa depan. Kecenderungan
tersebut antara lain sebagai berikut: pepertama, terjadinya mobilitas sosial,
yakni munculnya masyarakat menengah baru terutama kaum intelektual yang
akhir-akhr ini mengalami perkembangan pesat. Kedua, munculnya kesadaran baru
dalam beragama (santrinisasi), terutama dalam masyarakat perkotaaan. Ketiga,
arus modernisasi dan globalisasi dengan demikian cepat perlu disikapi secara
arif. Medernisai dengan berbagai macam dampaknya perlu disiapkan manusia-manusia
yang memiliki dua kopentensi sekaligus: yakni ilmu pengetahuan dan teknololgi
(iptek) dan nilai-nilai spiritualitas keagamaan (IMTAQ).
Melihat
kecenderungan diatas, maka pendidikan islam memiliki peluang cukup besar untuk
menjadi alternatif pilihan pendidikan masa depan, tetapi, persoalannya kembali
pada lembaga-lembaga pendidika n islam tersebut apakah mampu merespon
kecenderungan itu dan secera internal menegembangkan sistem manajemen yang
perpesional.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas dapat diambil sebuah kesimpulan bahawa
manajemen pendidikan islam adalah proses ( planing, organizing, motivating,
actuating, fasilitating, empowering, controling, dan evaluation), untuk
mencapai tujuan, dengan menjadikan islam sebagai landasan dan pemandu dalam
praktik operasionalnya.
Sedangkan
fungsi manajemen pendidikan islam adalah perencanaan (planing),
pengorganisasian (organizing), penataan staf (stafing), memimpin (leading),
membarikan motivasi (motivating), memberikan pengarahan (actuating),
memfasilitasi (fasilitating), memberdayakan staff (empowering), dan pengawasan
(controling).
Sedangkan
urgensi manajemen pendidikan islam adalah pendidikan islam memiliki peluang
cukup besar untuk menjadi alternatif pilihan pendidikan masa depan, tetapi,
persoalannya kembali pada lembaga-lembaga pendidika n islam tersebut apakah
mampu merespon kecenderungan itu dan secera internal menegembangkan sistem
manajemen yang perpesional.
DAFTAR
PUSTAKA
Rajasa, Sutan, Kamus Ilmiah Populer,Surabaya:Karya
Utama, Tt.
Supriyanto,
Triyo, Manajemen Dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam, Bandung:Refika Aditama,2008.
Syukur, fatah, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Maadrasah,
Semarang :Pustaka Riski Putra, 2011.
Yamin, Martinis
Dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas,Jakarta:Gaung
Persada, 2009.
[1] Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya:Karya
Utama, Tt).374
[2] Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan Berbasis Pada Madrasah,
(Semarang :Pustaka Riski Putra, 2011),7-9
[6] ibid, 7-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar